Um, I don't post anything here so long ago, since August, and now it's December. Which means I don't write here almost 4 months.
My #Decemberwish:
Chillax & live to the fullest each day.
Gooday!
Setiap manusia dalam hidup pasti mempunyai masalah. Porsinya berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lainnya, tergantung seberapa besar manusia itu mampu memikul masalah tersebut.
Dan, ya, selama hidup 21 tahun ini hidup gue ga pernah jauh dari yang namanya masalah.
*ketawamiris* *berharaporangtuaguegabaca*
Gapapa ada masalah, karena itu yang membuat kita ngejalanin hidup lebih tertantang. Kalo ga ada masalah kayanya ada yang kurang. Jadi gitu-gitu aja.
Yes, she’s exactly right!
Selain itu, dengan adanya masalah, gue bisa lebih jauh ngehargain dan bersyukur akan banyak hal. Misalnya masalah yang lagi nge-hip sekarang, masalah perubahan peraturan dan lain-lain di kampus gue. Gue kesel, jelas iya, iya banget. Cuma gue nyoba mikir dari sisi yang lain, gue bersyukur masih bisa kuliah, gue bersyukur yang alhamdulillah-nya orangtua gue masih mau membiayai uang kuliah gue. Which is dimana seharusnya gue bisa memberikan hasil maksimal yang bisa dibanggakan kedua orangtua gue (which is dimana seharusnya gue ngebahas masalah ini di postingan yang lain aja dan gue still working for the best result).
Banyak hal lain yang bikin gue jauh lebih bersyukur karena alhamdulillah keluarga gue bahagia, alhamdulillah segala kebutuhan gue hampir selalu terpenuhi, segala fasilitas dari orangtua gue alhamdulillah lebih dari cukup, alhamdulillah gue punya orang-orang yang baik di sekeliling gue yang tidak kenal lelah memberikan dukungan moral (ada baiknya financial juga :D), alhamdulillah banyak juga orang-orang yang ga suka sama gue. Gapapa, toh gue gabisa memaksa semua orang buat suka sama gue :) I’m far away from perfection.
Jadi, setiap ada masalah, gue selalu menarik nafas dalam-dalam, flashback ke hal-hal yang bikin gue kembali bersyukur.
Dan kesabaran gue naik ke tingkat yang lebih tinggi.
How your day, people? Sudah dapet masalah apa hari ini? :)
PS:
Theme song paling ampuh buat menghadapi masalah: Bob Marley – Three Little Birds.
Don’t worry about the thing, because every little thing just gonna be hell right.
xx,
kimmy
Denial is a defense mechanism postulated by Sigmund Freud, in which a person is faced with a fact that is too uncomfortable to accept and rejects it instead, insisting that it is not true despite what may be overwhelming evidence.
Denial as a mechanism of the immature mind, because it conflicts with the ability to learn from and cope with reality.
(from Wikipedia, the free encyclopedia)
Seperti diketahui pendidikan merupakan sebuah cara paling kuat untuk mengubah struktur budaya masyarakat. Dan mengutip kalimat dari salah satu halaman web: pendidikan massal melalui media massa seperti TV, internet, dan surat kabar/majalah merupakan bentuk lain dari transplantasi budaya, di mana proses inflitrasi budaya satu ke budaya lainnya berlangsung secara intensif dan dapat menyebabkan terjadinya penghapusan budaya (cultural genocide) secara perlahan-lahan (Nandy: 2000). Dapat ditarik kesimpulan bahwa peran media massa sangat kuat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai basis pendidikan massal paling efektif, tayangan televisi memiliki peluang untuk mengubah tatanan budaya lokal dengan konten lokal.
Tayangan televisi yang makin marak saat ini adalah acara musik, yang membahas seputar musik, kirim-kirim salam, dan menayangkan video klip. Hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki satu program musik yang waktu penayangannya bersamaan. Sebut saja Derings di Trans TV, Dahsyat di RCTI, Inbox di SCTV, Monchows di Global TV, dan masih banyak yang lainnya. Dilihat dari sisi audience, tujuan program acara ini memang hanya untuk kebutuhan hiburan semata. Malah bisa dikatakan tidak mendidik sama sekali karena tidak jarang tayangan tersebut menampilkan unsur kekerasan dari perilaku para presenter-nya. Dari sisi industri musik, tayangan serupa mungkin membawa pengaruh positif terhadap perkembangan musik lokal. Karena banyak band-band baru yang bermunculan seiring mudahnya memasarkan karya mereka melalui media televisi.
Pergeseran kebudayaan telah terjadi di Indonesia, karena masyarakatnya kini gemar menonton acara musik. Dari yang muda usia sekolah hingga yang dewasa dan ibu-ibu rumah tangga. Banyak cara yang dilakukan oleh stasiun televisi untuk mendongkrak rating dan menarik perhatian masyarakat dengan melakukan syuting outdoor di tempat-tempat keramaian seperti mal atau pusat perbelanjaan. Waktu penayangan program musik tersebut bertepatan dengan waktu sekolah, mengakibatkan kemungkinan anak-anak usia sekolah membolos dan menonton acara musik tersebut. Sangat disayangkan karena tidak memberikan manfaat apapun kepada siswa-siswa sekolah.
Bentuk tayangan sebaiknya dipertimbangkan sesuai aspek budaya lokal masing-masing daerah di Indonesia. Karena setiap daerah mempunyai budaya lokal masing-masing yang memiliki tingkat penerimaan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, menampilkan tayangan yang sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah diharapkan mampu menjadi jalan keluar terhadap permasalahan pergeseran kebudayaan yang dialami di Indonesia.